Sabtu, 17 Mei 2025

MK - PGMI; Keterampilan Komunikasi dalam Pembelajaran Qur'an Hadits

KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN QUR'AN HADITS 

Oleh : Mukhsin, S.Pd.I., M.Pd
Ka. Prodi PAI STAI Al Furqan Makassar


Abstrak

Keterampilan komunikasi merupakan elemen krusial dalam pembelajaran Qur'an Hadits karena menyangkut keberhasilan transfer pengetahuan sekaligus penanaman nilai-nilai Islam kepada peserta didik. Artikel ini membahas urgensi keterampilan komunikasi guru dalam konteks pendidikan agama Islam, dengan menyoroti peran strategisnya dalam menyampaikan materi yang bersifat normatif, transformatif, dan spiritual. Melalui pendekatan komunikasi yang efektif—baik verbal maupun nonverbal—guru dapat menciptakan suasana belajar yang inspiratif, partisipatif, dan penuh empati. Komponen utama seperti mendengarkan aktif, pemberian umpan balik, serta keteladanan dan empati dijabarkan sebagai kunci keberhasilan interaksi guru dan siswa. Artikel ini juga menguraikan berbagai strategi peningkatan keterampilan komunikasi, serta implikasinya terhadap hasil belajar, keterlibatan siswa, dan pembentukan karakter Islami. Dengan meneladani metode komunikasi Rasulullah SAW dan menerapkannya dalam pembelajaran, guru Qur'an Hadits diharapkan mampu menjadi komunikator ilahiah yang inspiratif dan berdampak dalam membentuk generasi Qur'ani.

Kata kunci: keterampilan komunikasi, pembelajaran Qur'an Hadits, pendidikan Islam, komunikasi efektif, karakter Islami

Pendahuluan

Keterampilan komunikasi merupakan aspek yang sangat esensial dalam proses pendidikan secara umum. Dalam konteks pembelajaran, komunikasi bukan sekadar alat penyampaian informasi, tetapi menjadi jembatan utama dalam membangun relasi antara pendidik dan peserta didik. Keberhasilan transfer ilmu sangat dipengaruhi oleh sejauh mana guru mampu berkomunikasi dengan jelas, terbuka, dan efektif.

Khusus dalam pembelajaran Qur'an Hadits, keterampilan komunikasi memiliki posisi yang sangat strategis. Materi yang diajarkan dalam bidang ini tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga transformatif—yakni bertujuan untuk membentuk karakter dan kepribadian Islami peserta didik. Maka dari itu, penyampaian materi harus dilakukan dengan pendekatan komunikasi yang menyentuh aspek kognitif, afektif, dan spiritual.

Di era digital dan globalisasi saat ini, tantangan dalam proses komunikasi menjadi semakin kompleks. Arus informasi yang sangat cepat serta perbedaan latar belakang sosial-budaya peserta didik menuntut guru untuk memiliki kemampuan menyampaikan pesan secara efektif dan persuasif. Pendidik harus mampu menyampaikan nilai-nilai Al-Qur'an dan Hadis dengan bahasa yang kontekstual dan mudah dipahami generasi sekarang.

Kompetensi komunikasi yang dimaksud mencakup kemampuan berbicara secara jelas, mendengarkan secara aktif, menggunakan media komunikasi yang tepat, serta memahami kebutuhan psikologis peserta didik. Dalam pembelajaran Qur'an Hadits, pendekatan komunikasi tidak hanya bersifat verbal, tetapi juga mencakup komunikasi non-verbal seperti keteladanan, ekspresi, dan bahasa tubuh yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis harus dapat diinternalisasi oleh peserta didik, dan proses ini sangat bergantung pada pendekatan komunikasi yang digunakan oleh guru. Guru yang hanya mengandalkan metode ceramah konvensional cenderung mengalami kesulitan dalam menjangkau hati dan pikiran peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan yang dialogis, inspiratif, dan membangun partisipasi aktif siswa.

Dengan demikian, keterampilan komunikasi tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan proses belajar mengajar, khususnya dalam pendidikan keagamaan seperti Qur'an Hadits. Komunikasi yang baik menjadi kunci dalam menanamkan nilai-nilai Islam, membentuk akhlak mulia, serta meningkatkan pemahaman spiritual peserta didik. Dalam jangka panjang, hal ini akan berkontribusi pada lahirnya generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan emosional.

 

 

 

Keterampilan Komunikasi: Definisi dan Urgensinya dalam Pendidikan

Keterampilan komunikasi dalam konteks pendidikan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Kemampuan ini mencakup berbagai aspek, seperti menyampaikan materi dengan jelas, mendengarkan secara aktif, memberikan umpan balik yang membangun, serta menjalin hubungan interpersonal yang harmonis dengan peserta didik. Dalam pembelajaran Qur'an Hadits, keterampilan komunikasi menjadi instrumen utama dalam membantu siswa memahami pesan-pesan ilahiah yang terkandung dalam teks suci.

Materi dalam pelajaran Qur'an Hadits umumnya bersifat normatif dan mengandung nilai-nilai moral serta spiritual yang tinggi. Banyak ayat dan hadis yang bersifat abstrak sehingga memerlukan penjelasan yang komunikatif dan kontekstual. Guru harus mampu menyederhanakan konsep-konsep tersebut agar dapat diterima oleh siswa dengan berbagai latar belakang dan tingkat pemahaman yang berbeda (Azra, 2012). Oleh sebab itu, penguasaan komunikasi yang efektif menjadi penentu keberhasilan transfer makna dari teks ke dalam kehidupan siswa.

Penggunaan bahasa yang komunikatif, tidak kaku, serta relevan dengan kehidupan sehari-hari sangat membantu dalam memudahkan siswa memahami isi Qur’an dan Hadits. Guru yang menguasai keterampilan komunikasi dapat menyampaikan materi secara menarik, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sudjana (2005) yang menyatakan bahwa komunikasi efektif antara guru dan siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan.

Selain menyampaikan materi, guru juga harus memiliki kemampuan mendengarkan secara aktif. Kemampuan ini menunjukkan bahwa guru menghargai setiap pertanyaan dan pendapat siswa, serta mampu menyesuaikan pendekatan pembelajaran berdasarkan kebutuhan mereka. Menurut Santrock (2009), mendengarkan secara aktif mampu membangun rasa percaya diri siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.

Umpan balik yang konstruktif menjadi bagian penting dalam keterampilan komunikasi. Dalam pembelajaran Qur'an Hadits, guru harus mampu memberikan koreksi dengan cara yang santun dan edukatif. Misalnya, ketika siswa keliru dalam membaca ayat, guru dapat membetulkannya dengan pendekatan yang tidak membuat siswa merasa malu atau tertekan. Hal ini sesuai dengan prinsip tarbiyah dalam Islam, yaitu mendidik dengan kasih sayang dan keteladanan (Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin).

Komunikasi yang baik juga membantu mengurangi kesenjangan antara guru dan siswa. Ketika guru mampu menciptakan suasana yang inklusif dan penuh empati, siswa merasa dihargai dan lebih terbuka dalam menyampaikan pendapat. Dalam konteks Qur’an Hadits, ini penting agar nilai-nilai yang diajarkan tidak hanya dipahami secara kognitif, tetapi juga menyentuh aspek afektif dan spiritual siswa (Muhaimin, 2002).

Rasulullah SAW merupakan teladan utama dalam hal komunikasi. Beliau dikenal sebagai komunikator yang ulung, yang mampu menyampaikan ajaran Islam dengan hikmah dan kelembutan, bahkan kepada orang-orang yang menentangnya. Dalam pembelajaran Qur’an Hadits, metode komunikasi Rasulullah yang penuh kasih, sabar, dan empatik dapat menjadi model utama bagi para pendidik. Hal ini juga ditekankan dalam QS. An-Nahl: 125 yang berbunyi: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik..."

Dengan meneladani komunikasi Rasulullah dan mengintegrasikannya dalam proses belajar mengajar, guru Qur'an Hadits dapat menciptakan pembelajaran yang inspiratif dan menyentuh hati. Tidak hanya pemahaman akademik yang ditingkatkan, tetapi juga pembentukan karakter Islami yang kokoh. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan komunikasi harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan profesionalisme guru agama, sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yang holistik.

Komponen-Komponen Keterampilan Komunikasi dalam Pembelajaran Qur'an Hadits

Keterampilan komunikasi dalam pembelajaran Qur'an Hadits mencakup beberapa aspek penting, antara lain:

1. Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Dalam pembelajaran Qur’an Hadits, komunikasi verbal memiliki peran utama dalam penyampaian materi. Guru harus mampu memilih diksi yang tepat, mengatur intonasi suara, serta menjelaskan makna ayat dan hadis dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan istilah-istilah Arab harus diimbangi dengan penjelasan kontekstual yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa agar pesan yang disampaikan tidak hanya tersampaikan secara literal, tetapi juga esensial. Komunikasi verbal yang baik membantu menghindari kesalahpahaman, memperkuat pemahaman, dan menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap materi ajar.

Selain verbal, komunikasi nonverbal juga memainkan peran penting. Ekspresi wajah yang bersahabat, gerakan tangan yang mendukung penjelasan, dan kontak mata yang konsisten mampu menciptakan hubungan emosional antara guru dan siswa. Dalam ajaran Islam, komunikasi nonverbal yang baik merupakan bagian dari akhlak seorang pendidik. Rasulullah SAW sering menunjukkan perhatian melalui pandangan mata dan mimik wajah yang lembut ketika berinteraksi dengan sahabat, bahkan terhadap anak-anak. Kombinasi komunikasi verbal dan nonverbal yang seimbang dapat meningkatkan efektivitas penyampaian pesan nilai-nilai Qur’ani.

2. Kemampuan Mendengarkan Aktif

Mendengarkan aktif adalah keterampilan komunikasi yang tidak kalah penting dari berbicara. Guru yang mampu mendengarkan dengan penuh perhatian akan lebih memahami kebutuhan dan permasalahan siswa dalam memahami materi Qur’an Hadits. Tindakan seperti mengangguk, memberi tanggapan ringan, atau mengajukan pertanyaan lanjutan menunjukkan bahwa guru hadir secara utuh dalam percakapan. Mendengarkan secara aktif juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih terbuka dan demokratis.

Dalam perspektif Islam, mendengarkan merupakan adab yang tinggi nilainya. Al-Qur’an dalam Surah Az-Zumar ayat 18 memuji mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik darinya. Guru yang menjadi teladan dalam mendengarkan akan menumbuhkan rasa hormat siswa dan menciptakan kedekatan emosional yang positif. Melalui mendengarkan aktif, guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi serta memberikan intervensi yang tepat bila diperlukan.

3. Pemberian Umpan Balik

Umpan balik merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pendidikan Qur’an Hadits. Guru yang memberikan feedback secara konstruktif membantu siswa mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka dalam memahami atau mengamalkan isi kandungan ayat dan hadis. Umpan balik ini tidak hanya bersifat evaluatif, tetapi juga edukatif, karena diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Misalnya, ketika siswa salah dalam melafalkan ayat, guru tidak hanya mengoreksi, tetapi juga menjelaskan cara yang benar dan makna di balik lafaz tersebut.

Dalam konteks pendidikan Islam, umpan balik juga mencakup dimensi spiritual dan afektif. Guru tidak hanya menilai dari sisi teknis, tetapi juga memperhatikan bagaimana sikap siswa dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Memberi apresiasi terhadap perubahan positif sikap siswa, seperti meningkatnya adab dalam belajar atau semangat menghafal ayat, menjadi bagian dari feedback yang membangun. Rasulullah SAW dikenal sebagai figur yang penuh kasih dalam menegur kesalahan, sebagaimana tercermin dalam hadis-hadis tentang cara beliau membimbing para sahabat dengan sabar dan penuh hikmah.

4. Empati dan Keteladanan

Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam pembelajaran Qur’an Hadits, empati sangat penting karena setiap siswa memiliki latar belakang emosional dan spiritual yang berbeda. Guru yang mampu menunjukkan empati akan lebih mudah diterima oleh siswa dan menciptakan suasana belajar yang penuh kasih sayang. Misalnya, ketika ada siswa yang kesulitan menghafal atau memahami ayat, guru tidak bersikap keras, melainkan mendekatinya dengan pengertian dan dukungan moral.

Keteladanan adalah bentuk komunikasi nonverbal yang paling kuat. Dalam konteks pendidikan Islam, guru adalah figur sentral yang tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menampilkan perilaku yang sejalan dengan isi ajaran Qur’an dan Hadits. Sifat sabar, jujur, rendah hati, dan istiqamah dalam kebaikan adalah nilai-nilai yang secara tidak langsung diajarkan kepada siswa melalui perilaku guru. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Ahzab: 21, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu...”, guru harus menjadi teladan dalam tutur kata dan tindakan agar siswa mampu menginternalisasi nilai-nilai Islam secara menyeluruh

Strategi Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Guru dalam Pembelajaran Qur'an Hadits

Untuk mengoptimalkan pembelajaran, guru Qur'an Hadits perlu mengembangkan strategi komunikasi yang efektif. Beberapa langkah yang dapat diterapkan antara lain:

1.       Menggunakan pendekatan komunikatif dan dialogis, bukan sekadar ceramah satu arah.

2.       Memanfaatkan media pembelajaran interaktif, seperti video tafsir, aplikasi tilawah, dan platform digital untuk menumbuhkan minat belajar siswa.

3.       Melakukan refleksi dan evaluasi komunikasi secara berkala, baik melalui self-assessment maupun melalui umpan balik dari siswa.

4.       Mengintegrasikan kisah-kisah teladan dari Al-Qur'an dan Hadis, yang disampaikan dengan narasi yang menyentuh dan menginspirasi siswa.

Implikasi Keterampilan Komunikasi terhadap Hasil Pembelajaran

Keterampilan komunikasi guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran Qur'an Hadits. Guru yang mampu menyampaikan materi dengan jelas, menarik, dan kontekstual akan lebih mudah membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran. Dalam pendidikan keagamaan, hal ini sangat penting karena topik-topik yang diajarkan tidak hanya membutuhkan pemahaman kognitif, tetapi juga pemaknaan afektif dan spiritual yang mendalam.

Efektivitas komunikasi seorang guru dapat dilihat dari sejauh mana siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru yang komunikatif mampu menciptakan interaksi dua arah yang produktif, sehingga siswa tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi juga peserta aktif yang berpikir kritis dan reflektif terhadap kandungan ayat dan hadis. Keterlibatan ini berdampak langsung terhadap peningkatan daya serap siswa terhadap materi dan pemahaman yang lebih holistik.

Kecintaan terhadap Al-Qur'an dan Hadis tidak muncul begitu saja, tetapi tumbuh melalui pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna. Guru yang berkomunikasi secara humanis dan inspiratif dapat menyampaikan pesan-pesan ilahiyah dengan cara yang menyentuh hati siswa. Suasana pembelajaran yang hangat dan menghargai perbedaan memungkinkan siswa merasa aman secara psikologis dan termotivasi untuk menggali lebih dalam ajaran Islam.

Komunikasi yang efektif juga berperan dalam membentuk suasana kelas yang religius dan harmonis. Penggunaan sapaan islami, doa bersama sebelum dan sesudah pelajaran, serta interaksi yang didasari nilai-nilai kasih sayang dan penghormatan adalah bagian dari komunikasi spiritual yang menanamkan karakter Islami secara tidak langsung. Dalam suasana seperti ini, pembelajaran Qur'an Hadits tidak hanya menjadi proses transfer ilmu, tetapi juga proses pembinaan kepribadian.

Berbagai penelitian mendukung pentingnya peran komunikasi guru terhadap hasil belajar siswa. Studi oleh Hamalik (2003) dan Sudjana (2005) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kemampuan komunikasi guru dan pencapaian akademik siswa. Dalam konteks pendidikan Islam, hal ini diperkuat oleh penelitian yang menyoroti bagaimana komunikasi yang baik juga meningkatkan pembentukan moral dan spiritual siswa, bukan hanya aspek kognitifnya.

Oleh karena itu, peningkatan keterampilan komunikasi harus menjadi bagian integral dalam pelatihan dan pengembangan profesional guru agama Islam. Pelatihan tidak hanya harus menekankan aspek pedagogis, tetapi juga aspek psikologis, retoris, dan spiritual dari komunikasi. Dengan demikian, guru Qur'an Hadits akan lebih siap menjadi komunikator yang efektif dan inspiratif, yang mampu menanamkan nilai-nilai Qur'ani secara mendalam dan berkelanjutan dalam kehidupan siswa.

Kesimpulan

Keterampilan komunikasi merupakan kunci utama dalam keberhasilan pembelajaran Qur'an Hadits. Dalam proses pendidikan Islam, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai pendidik yang membentuk akhlak dan spiritualitas peserta didik. Melalui komunikasi yang efektif, guru mampu menjelaskan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadis dengan cara yang menyentuh akal dan hati, sehingga pesan-pesan ilahiah dapat diterima secara utuh dan bermakna.

Komunikasi dalam konteks ini tidak sebatas pada kemampuan berbicara atau menyampaikan informasi, melainkan juga mencakup kemampuan mendengarkan, memahami kondisi siswa, serta membangun suasana kelas yang kondusif dan religius. Nilai-nilai keislaman seperti kejujuran, kesabaran, empati, dan kasih sayang dapat ditanamkan melalui teladan dan interaksi guru dalam keseharian pembelajaran. Dengan komunikasi yang bijaksana, guru menjadi fasilitator spiritual yang membimbing siswa menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.

Oleh karena itu, para pendidik perlu terus mengasah dan mengembangkan keterampilan komunikasi mereka sebagai bagian dari profesionalisme dalam mengajar. Melalui pelatihan, refleksi, dan praktik yang berkelanjutan, guru Qur’an Hadits dapat tampil sebagai komunikator yang inspiratif dan visioner. Kemampuan menyampaikan risalah Islam secara efektif tidak hanya berdampak pada peningkatan hasil belajar, tetapi juga membentuk generasi yang mencintai Al-Qur’an, memahami Hadis, dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar