Sabtu, 17 Mei 2025

PAI - MPI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

 


TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM: INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM TRANSFORMASI DIGITAL PENDIDIKAN

Oleh: Mukhsin, M.Pd
Institut/Lembaga: Sekolah Tinggi Agama Islam Al Furqan Makassar
Email: muhsin.saad@gmail.com

Abstrak

Transformasi teknologi digital memberikan pengaruh signifikan terhadap sistem pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Artikel ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana teknologi dapat diintegrasikan secara etis dan efektif ke dalam pendidikan Islam, tanpa mengabaikan nilai-nilai spiritual dan moral. Pendekatan kualitatif-deskriptif digunakan untuk menganalisis konsep, peran, tantangan, dan strategi teknologi dalam pendidikan Islam. Hasil analisis menunjukkan bahwa teknologi dapat memperluas akses, meningkatkan efisiensi, dan memperkaya metode pembelajaran Islam, tetapi juga membawa tantangan etis dan pedagogis. Oleh karena itu, integrasi teknologi dalam pendidikan Islam memerlukan strategi kurikuler, pelatihan guru, pengembangan media Islami, serta pembangunan budaya digital yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam.

Kata Kunci: Teknologi Pendidikan, Pendidikan Islam, Etika Digital, Inovasi, Kurikulum Islami

 

Pendahuluan

Kemajuan teknologi digital dalam dua dekade terakhir telah mengubah wajah dunia pendidikan secara signifikan. Pembelajaran konvensional kini mulai tergantikan oleh sistem daring yang lebih fleksibel dan interaktif. Dalam konteks globalisasi dan revolusi industri 4.0, institusi pendidikan dituntut untuk mengadopsi teknologi agar tetap relevan dan kompetitif. Hal ini tidak hanya menyangkut infrastruktur, tetapi juga mencakup transformasi pedagogi dan kurikulum yang mendalam.

Pendidikan Islam, sebagai sistem pendidikan yang memiliki orientasi spiritual dan moral, juga turut mengalami dinamika ini. Namun, proses adaptasi terhadap teknologi dalam pendidikan Islam tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Diperlukan pendekatan yang memperhatikan substansi ajaran Islam, karena pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga membentuk karakter dan akhlak yang mulia.

Integrasi teknologi dalam pendidikan Islam menghadirkan peluang besar, seperti perluasan akses pembelajaran, diversifikasi metode pengajaran, hingga peningkatan kualitas layanan pendidikan. Teknologi juga memungkinkan penyampaian materi keislaman melalui berbagai media digital yang kreatif dan menarik. Namun, proses ini juga dibayangi oleh tantangan etis, seperti konten negatif, penyalahgunaan media, dan degradasi nilai spiritual.

Sebagaimana ditegaskan oleh Al-Attas (1991), pendidikan Islam adalah proses penanaman adab dan hikmah, bukan sekadar penyampaian informasi. Maka dari itu, transformasi digital dalam pendidikan Islam harus berakar pada nilai-nilai wahyu, bukan semata-mata mengikuti tren global. Inilah yang menjadi pembeda antara pendidikan Islam dengan sistem pendidikan sekuler.

Penggunaan teknologi tidak boleh menggeser peran sentral pendidik sebagai figur moral dan spiritual. Dalam Islam, guru adalah pewaris nabi yang tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menjadi teladan dalam perilaku. Oleh karena itu, digitalisasi pendidikan harus tetap menempatkan guru dalam posisi strategis dan tidak semata digantikan oleh mesin atau sistem otomatis.

Selain itu, literasi digital menjadi aspek penting yang harus dikuasai oleh seluruh elemen pendidikan Islam, baik guru, siswa, maupun pengelola lembaga. Tanpa literasi digital yang memadai, teknologi justru bisa menjadi bumerang yang menjauhkan peserta didik dari tujuan pendidikan yang sejati. Maka, pendidikan Islam memerlukan strategi khusus agar dapat memanfaatkan teknologi secara bijak.

Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam bagaimana teknologi dapat diintegrasikan dalam pendidikan Islam tanpa mengorbankan nilai-nilai inti keislaman. Artikel ini juga akan membahas peran, manfaat, tantangan, serta strategi yang perlu dikembangkan agar digitalisasi pendidikan Islam berjalan harmonis dan kontekstual.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka (library research). Sumber data diperoleh dari jurnal ilmiah bereputasi, buku-buku akademik, serta dokumen kebijakan terkait teknologi pendidikan Islam. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah secara tematik berbagai literatur terkait, kemudian disintesiskan untuk merumuskan temuan yang relevan.

Hasil dan Pembahasan

1.     Konsep Teknologi dalam Pendidikan Islam (5 paragraf)

Teknologi dalam konteks pendidikan Islam harus dipahami sebagai alat bantu (wasilah) yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang Islami. Teknologi bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk memudahkan proses pembelajaran, penyebaran ilmu, serta internalisasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu, pengembangan teknologi pendidikan dalam Islam harus berpijak pada prinsip maqashid al-syari’ah dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Dalam Islam, proses pendidikan menekankan keseimbangan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta integrasi antara ilmu dunia dan akhirat. Hal ini berarti bahwa setiap inovasi teknologi yang digunakan dalam pendidikan harus turut memperkuat dimensi spiritual peserta didik. Misalnya, penggunaan aplikasi penghafal Al-Qur’an atau simulasi interaktif pembelajaran fikih bukan hanya memberikan informasi, tetapi juga mendorong keterlibatan hati dan sikap.

Lebih jauh, Islam tidak menolak modernitas selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar syariat. Sejak zaman keemasan peradaban Islam, para ulama dan ilmuwan telah menggunakan alat bantu teknologi untuk mendukung pembelajaran, seperti kitab cetak, observatorium, dan perpustakaan digital awal. Kini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi peluang baru untuk melanjutkan tradisi tersebut dalam bentuk yang lebih canggih dan relevan.

Namun demikian, konsep teknologi dalam pendidikan Islam juga harus memasukkan dimensi etik dan tanggung jawab moral. Penggunaan teknologi yang bebas nilai bisa menjadi sumber kemudharatan jika tidak diarahkan secara syar’i. Oleh karena itu, para pendidik perlu memiliki panduan etik dalam menggunakan media digital agar tidak menyimpang dari tujuan tarbiyah Islamiyah.

Dengan memahami konsep teknologi sebagai khadim al-ilm (pelayan ilmu) dalam kerangka Islam, maka pendidikan Islam memiliki peluang besar untuk mengembangkan inovasi yang tetap otentik dan bernilai. Inilah yang membedakan teknologi pendidikan Islam dari pendekatan teknologi pendidikan pada umumnya yang cenderung netral nilai dan berbasis utilitarianisme.

2.     Peran Teknologi dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam (5 paragraf)

Teknologi memainkan peran penting dalam memperluas jangkauan pendidikan Islam ke berbagai lapisan masyarakat. Melalui internet dan platform digital, materi-materi keislaman dapat diakses secara mudah oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Hal ini sangat bermanfaat khususnya bagi daerah terpencil atau wilayah yang minim tenaga pendidik profesional.

Penggunaan teknologi juga mampu mendukung pendekatan pembelajaran yang lebih variatif dan menarik. Video animasi Islami, permainan edukatif berbasis keislaman, serta platform diskusi daring seperti Zoom atau Google Meet memberikan suasana belajar yang lebih hidup dan komunikatif. Penerapan teknologi tersebut meningkatkan motivasi belajar peserta didik, terutama generasi Z dan alpha yang terbiasa dengan lingkungan digital.

Selain itu, teknologi juga membantu pengelolaan administrasi dan evaluasi pendidikan menjadi lebih efisien. Sistem manajemen pembelajaran (LMS) memungkinkan pendidik untuk memberikan materi, menilai tugas, dan memantau perkembangan siswa secara sistematis. Hal ini sejalan dengan prinsip efisiensi dalam Islam yang menganjurkan pengelolaan waktu dan sumber daya secara optimal.

Teknologi juga menjadi sarana dakwah yang efektif. Banyak lembaga pendidikan Islam kini memanfaatkan media sosial dan kanal YouTube untuk menyebarkan ceramah, diskusi ilmiah, dan konten keislaman. Ini memungkinkan pendidikan Islam menjangkau kalangan muda secara langsung, dengan pendekatan yang sesuai dengan gaya komunikasi mereka.

Namun, agar peran teknologi ini benar-benar meningkatkan kualitas pendidikan Islam, dibutuhkan desain pembelajaran yang integratif. Artinya, konten digital yang digunakan tidak hanya informatif, tetapi juga edukatif dan membentuk karakter. Tanpa pendekatan ini, teknologi justru berisiko menjadi alat yang dangkal dan tidak berkontribusi terhadap tujuan hakiki pendidikan Islam.

3.     Tantangan Etis dan Pedagogis dalam Integrasi Teknologi (5 paragraf)

Meskipun membawa berbagai manfaat, penggunaan teknologi dalam pendidikan Islam tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah banjir informasi (information overload) yang dapat mengaburkan pemahaman terhadap ilmu-ilmu agama. Peserta didik sering kali kesulitan membedakan antara konten Islami yang sahih dan informasi yang menyesatkan.

Tantangan berikutnya adalah degradasi nilai akibat penggunaan media digital yang tidak terkontrol. Konten-konten hiburan yang tidak mendidik, budaya instan, dan gaya hidup permisif menjadi bagian dari ekosistem digital yang berpotensi memengaruhi karakter peserta didik. Dalam konteks ini, pendidikan Islam harus hadir sebagai filter nilai untuk mengarahkan penggunaan teknologi secara bijak.

Masalah etika lain yang muncul adalah plagiarisme digital dan penyalahgunaan teknologi untuk mencontek atau curang dalam ujian. Ini menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam pendidikan Islam harus dibarengi dengan pembentukan akhlak digital dan kesadaran moral. Etika penggunaan teknologi menjadi aspek yang tidak boleh diabaikan dalam kurikulum pendidikan Islam.

Dari sisi pedagogi, tidak semua guru siap untuk beradaptasi dengan teknologi. Masih banyak tenaga pendidik di lembaga Islam yang mengalami kesenjangan digital (digital divide), baik dari segi kompetensi maupun akses terhadap perangkat. Tanpa pelatihan yang memadai, teknologi justru akan menambah beban kerja dan menurunkan kualitas pengajaran.

Selain itu, infrastruktur digital yang belum merata, khususnya di wilayah pedesaan, menjadi kendala serius. Keterbatasan jaringan internet, perangkat keras, dan sumber daya finansial membuat integrasi teknologi berjalan lambat. Maka, pendidikan Islam perlu melibatkan semua pemangku kepentingan untuk memastikan pemerataan akses teknologi secara inklusif dan berkeadilan.

4.     Strategi Integrasi Teknologi dalam Pendidikan Islam (5 paragraf)

Untuk menghadapi berbagai tantangan dan mengoptimalkan peran teknologi, diperlukan strategi integratif yang komprehensif. Strategi pertama adalah pembaruan kurikulum pendidikan Islam yang mengakomodasi literasi digital. Kurikulum ini harus dirancang sedemikian rupa agar mampu mengintegrasikan materi keislaman dengan kemampuan abad ke-21, seperti pemikiran kritis, kolaborasi digital, dan etika bermedia.

Strategi kedua adalah pelatihan intensif bagi tenaga pendidik dalam menguasai teknologi pembelajaran. Pelatihan ini tidak hanya mencakup keterampilan teknis, tetapi juga desain pembelajaran digital yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Lembaga pendidikan Islam perlu bekerja sama dengan instansi profesional atau universitas untuk menyediakan program pelatihan bersertifikat secara berkelanjutan.

Strategi ketiga adalah pengembangan media pembelajaran digital berbasis Islam. Ini mencakup aplikasi pembelajaran Al-Qur’an, simulasi fikih, permainan edukatif Islami, hingga platform interaktif kajian keagamaan. Media semacam ini harus didesain dengan pendekatan pedagogis yang kuat serta melibatkan ulama dan pakar teknologi secara kolaboratif.

Strategi keempat adalah penguatan regulasi dan kebijakan pendidikan Islam yang mendukung digitalisasi. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu mengembangkan pedoman penggunaan teknologi yang Islami, termasuk dalam hal keamanan data, privasi siswa, dan seleksi konten. Kebijakan ini penting agar teknologi tidak menjadi ruang yang bebas nilai.

Strategi kelima adalah membangun budaya digital Islami dalam komunitas pendidikan. Ini bisa dilakukan melalui gerakan literasi digital Islami, program mentoring online, serta pengembangan ekosistem belajar yang berbasis nilai-nilai ukhuwah, tanggung jawab, dan kejujuran. Dengan membangun budaya ini, teknologi dapat benar-benar menjadi alat dakwah dan tarbiyah yang efektif.

Kesimpulan

Integrasi teknologi dalam pendidikan Islam merupakan keniscayaan dalam menghadapi tantangan zaman. Namun, keberhasilan transformasi ini sangat ditentukan oleh sejauh mana teknologi tersebut mampu memperkuat nilai-nilai Islam dalam proses pendidikan. Pendidikan Islam harus memanfaatkan teknologi secara kreatif dan kritis, dengan tetap menjadikan nilai-nilai spiritual dan moral sebagai fondasi utama.

Diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dalam mengembangkan ekosistem pendidikan Islam berbasis teknologi, termasuk dalam kurikulum, pedagogi, infrastruktur, dan pelatihan SDM. Ke depan, pendidikan Islam harus mampu memimpin dalam inovasi teknologi yang berakar pada nilai-nilai wahyu.

 

Daftar Pustaka

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1991. The Concept of Education in Islam. Kuala Lumpur: ISTAC.

Anderson, Terry. 2008. The Theory and Practice of Online Learning. Edmonton: Athabasca University Press.

Hashim, Rosnani. 2014. “Integrating Islamic Ethics in Technology Use in Education.” Kuala Lumpur Islamic Review 3(1): 21–35.

Hefzallah, Ibrahim M. 2004. The New Educational Technologies and Learning: Empowering Teachers to Teach and Students to Learn in the Information Age. Springfield, IL: Charles C. Thomas Publisher.

Rahman, A. F. 2019. “Digital Transformation in Islamic Education: Opportunities and Challenges.” Journal of Islamic Education Studies 4(2): 112–128. https://doi.org/10.21009/jies.042.07

Sagir, Alfian, et al. 2021. “The Use of Technology in Islamic Education during the Covid-19 Pandemic.” Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan 10(1): 45–60. https://doi.org/10.30829/tjik.v10i1.201

Yusuf, Mohamad. 2020. “Islamic Education in the Digital Age: A Study of Muslim Educators’ Perceptions.” Al-Qalam Journal 27(1): 67–84

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar