TEKNOLOGI
PENDIDIKAN ISLAM: INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM TRANSFORMASI DIGITAL
PENDIDIKAN
Oleh: Mukhsin, M.Pd
Institut/Lembaga: Sekolah Tinggi Agama Islam Al Furqan Makassar
Email: muhsin.saad@gmail.com
Abstrak
Transformasi
teknologi digital memberikan pengaruh signifikan terhadap sistem pendidikan,
termasuk pendidikan Islam. Artikel ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana
teknologi dapat diintegrasikan secara etis dan efektif ke dalam pendidikan
Islam, tanpa mengabaikan nilai-nilai spiritual dan moral. Pendekatan
kualitatif-deskriptif digunakan untuk menganalisis konsep, peran, tantangan,
dan strategi teknologi dalam pendidikan Islam. Hasil analisis menunjukkan bahwa
teknologi dapat memperluas akses, meningkatkan efisiensi, dan memperkaya metode
pembelajaran Islam, tetapi juga membawa tantangan etis dan pedagogis. Oleh
karena itu, integrasi teknologi dalam pendidikan Islam memerlukan strategi
kurikuler, pelatihan guru, pengembangan media Islami, serta pembangunan budaya
digital yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam.
Kata
Kunci: Teknologi Pendidikan, Pendidikan
Islam, Etika Digital, Inovasi, Kurikulum Islami
Pendahuluan
Kemajuan
teknologi digital dalam dua dekade terakhir telah mengubah wajah dunia
pendidikan secara signifikan. Pembelajaran konvensional kini mulai tergantikan
oleh sistem daring yang lebih fleksibel dan interaktif. Dalam konteks
globalisasi dan revolusi industri 4.0, institusi pendidikan dituntut untuk
mengadopsi teknologi agar tetap relevan dan kompetitif. Hal ini tidak hanya
menyangkut infrastruktur, tetapi juga mencakup transformasi pedagogi dan
kurikulum yang mendalam.
Pendidikan
Islam, sebagai sistem pendidikan yang memiliki orientasi spiritual dan moral,
juga turut mengalami dinamika ini. Namun, proses adaptasi terhadap teknologi
dalam pendidikan Islam tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Diperlukan
pendekatan yang memperhatikan substansi ajaran Islam, karena pendidikan Islam
tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga
membentuk karakter dan akhlak yang mulia.
Integrasi
teknologi dalam pendidikan Islam menghadirkan peluang besar, seperti perluasan
akses pembelajaran, diversifikasi metode pengajaran, hingga peningkatan
kualitas layanan pendidikan. Teknologi juga memungkinkan penyampaian materi
keislaman melalui berbagai media digital yang kreatif dan menarik. Namun,
proses ini juga dibayangi oleh tantangan etis, seperti konten negatif,
penyalahgunaan media, dan degradasi nilai spiritual.
Sebagaimana
ditegaskan oleh Al-Attas (1991), pendidikan Islam adalah proses penanaman adab
dan hikmah, bukan sekadar penyampaian informasi. Maka dari itu, transformasi
digital dalam pendidikan Islam harus berakar pada nilai-nilai wahyu, bukan
semata-mata mengikuti tren global. Inilah yang menjadi pembeda antara
pendidikan Islam dengan sistem pendidikan sekuler.
Penggunaan
teknologi tidak boleh menggeser peran sentral pendidik sebagai figur moral dan
spiritual. Dalam Islam, guru adalah pewaris nabi yang tidak hanya mentransfer
ilmu, tetapi juga menjadi teladan dalam perilaku. Oleh karena itu, digitalisasi
pendidikan harus tetap menempatkan guru dalam posisi strategis dan tidak semata
digantikan oleh mesin atau sistem otomatis.
Selain
itu, literasi digital menjadi aspek penting yang harus dikuasai oleh seluruh
elemen pendidikan Islam, baik guru, siswa, maupun pengelola lembaga. Tanpa
literasi digital yang memadai, teknologi justru bisa menjadi bumerang yang
menjauhkan peserta didik dari tujuan pendidikan yang sejati. Maka, pendidikan
Islam memerlukan strategi khusus agar dapat memanfaatkan teknologi secara
bijak.
Oleh
karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam
bagaimana teknologi dapat diintegrasikan dalam pendidikan Islam tanpa
mengorbankan nilai-nilai inti keislaman. Artikel ini juga akan membahas peran,
manfaat, tantangan, serta strategi yang perlu dikembangkan agar digitalisasi
pendidikan Islam berjalan harmonis dan kontekstual.
Metode
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka (library research).
Sumber data diperoleh dari jurnal ilmiah bereputasi, buku-buku akademik, serta
dokumen kebijakan terkait teknologi pendidikan Islam. Analisis data dilakukan
dengan cara menelaah secara tematik berbagai literatur terkait, kemudian
disintesiskan untuk merumuskan temuan yang relevan.
Hasil
dan Pembahasan
1.
Konsep
Teknologi dalam Pendidikan Islam (5 paragraf)
Teknologi dalam konteks pendidikan Islam harus dipahami
sebagai alat bantu (wasilah) yang mendukung tercapainya tujuan
pendidikan yang Islami. Teknologi bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk
memudahkan proses pembelajaran, penyebaran ilmu, serta internalisasi
nilai-nilai agama. Oleh karena itu, pengembangan teknologi pendidikan dalam
Islam harus berpijak pada prinsip maqashid al-syari’ah dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
Dalam Islam, proses pendidikan menekankan keseimbangan
antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta integrasi antara ilmu
dunia dan akhirat. Hal ini berarti bahwa setiap inovasi teknologi yang
digunakan dalam pendidikan harus turut memperkuat dimensi spiritual peserta
didik. Misalnya, penggunaan aplikasi penghafal Al-Qur’an atau simulasi
interaktif pembelajaran fikih bukan hanya memberikan informasi, tetapi juga
mendorong keterlibatan hati dan sikap.
Lebih jauh, Islam tidak menolak modernitas selama tidak
bertentangan dengan prinsip dasar syariat. Sejak zaman keemasan peradaban
Islam, para ulama dan ilmuwan telah menggunakan alat bantu teknologi untuk
mendukung pembelajaran, seperti kitab cetak, observatorium, dan perpustakaan
digital awal. Kini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi
peluang baru untuk melanjutkan tradisi tersebut dalam bentuk yang lebih canggih
dan relevan.
Namun demikian, konsep teknologi dalam pendidikan Islam juga
harus memasukkan dimensi etik dan tanggung jawab moral. Penggunaan teknologi
yang bebas nilai bisa menjadi sumber kemudharatan jika tidak diarahkan secara
syar’i. Oleh karena itu, para pendidik perlu memiliki panduan etik dalam
menggunakan media digital agar tidak menyimpang dari tujuan tarbiyah Islamiyah.
Dengan memahami konsep teknologi sebagai khadim al-ilm
(pelayan ilmu) dalam kerangka Islam, maka pendidikan Islam memiliki peluang
besar untuk mengembangkan inovasi yang tetap otentik dan bernilai. Inilah yang
membedakan teknologi pendidikan Islam dari pendekatan teknologi pendidikan pada
umumnya yang cenderung netral nilai dan berbasis utilitarianisme.
2.
Peran Teknologi
dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam (5 paragraf)
Teknologi memainkan peran penting dalam memperluas jangkauan
pendidikan Islam ke berbagai lapisan masyarakat. Melalui internet dan platform
digital, materi-materi keislaman dapat diakses secara mudah oleh siapa saja,
kapan saja, dan di mana saja. Hal ini sangat bermanfaat khususnya bagi daerah
terpencil atau wilayah yang minim tenaga pendidik profesional.
Penggunaan teknologi juga mampu mendukung pendekatan
pembelajaran yang lebih variatif dan menarik. Video animasi Islami, permainan
edukatif berbasis keislaman, serta platform diskusi daring seperti Zoom atau
Google Meet memberikan suasana belajar yang lebih hidup dan komunikatif.
Penerapan teknologi tersebut meningkatkan motivasi belajar peserta didik,
terutama generasi Z dan alpha yang terbiasa dengan lingkungan digital.
Selain itu, teknologi juga membantu pengelolaan administrasi
dan evaluasi pendidikan menjadi lebih efisien. Sistem manajemen pembelajaran
(LMS) memungkinkan pendidik untuk memberikan materi, menilai tugas, dan
memantau perkembangan siswa secara sistematis. Hal ini sejalan dengan prinsip
efisiensi dalam Islam yang menganjurkan pengelolaan waktu dan sumber daya
secara optimal.
Teknologi juga menjadi sarana dakwah yang efektif. Banyak
lembaga pendidikan Islam kini memanfaatkan media sosial dan kanal YouTube untuk
menyebarkan ceramah, diskusi ilmiah, dan konten keislaman. Ini memungkinkan
pendidikan Islam menjangkau kalangan muda secara langsung, dengan pendekatan
yang sesuai dengan gaya komunikasi mereka.
Namun, agar peran teknologi ini benar-benar meningkatkan
kualitas pendidikan Islam, dibutuhkan desain pembelajaran yang integratif.
Artinya, konten digital yang digunakan tidak hanya informatif, tetapi juga
edukatif dan membentuk karakter. Tanpa pendekatan ini, teknologi justru
berisiko menjadi alat yang dangkal dan tidak berkontribusi terhadap tujuan
hakiki pendidikan Islam.
3.
Tantangan
Etis dan Pedagogis dalam Integrasi Teknologi (5 paragraf)
Meskipun membawa berbagai manfaat, penggunaan teknologi
dalam pendidikan Islam tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama
adalah banjir informasi (information overload) yang dapat mengaburkan pemahaman
terhadap ilmu-ilmu agama. Peserta didik sering kali kesulitan membedakan antara
konten Islami yang sahih dan informasi yang menyesatkan.
Tantangan berikutnya adalah degradasi nilai akibat
penggunaan media digital yang tidak terkontrol. Konten-konten hiburan yang
tidak mendidik, budaya instan, dan gaya hidup permisif menjadi bagian dari
ekosistem digital yang berpotensi memengaruhi karakter peserta didik. Dalam
konteks ini, pendidikan Islam harus hadir sebagai filter nilai untuk
mengarahkan penggunaan teknologi secara bijak.
Masalah etika lain yang muncul adalah plagiarisme digital
dan penyalahgunaan teknologi untuk mencontek atau curang dalam ujian. Ini
menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam pendidikan Islam harus dibarengi
dengan pembentukan akhlak digital dan kesadaran moral. Etika penggunaan
teknologi menjadi aspek yang tidak boleh diabaikan dalam kurikulum pendidikan
Islam.
Dari sisi pedagogi, tidak semua guru siap untuk beradaptasi
dengan teknologi. Masih banyak tenaga pendidik di lembaga Islam yang mengalami
kesenjangan digital (digital divide), baik dari segi kompetensi maupun akses
terhadap perangkat. Tanpa pelatihan yang memadai, teknologi justru akan
menambah beban kerja dan menurunkan kualitas pengajaran.
Selain itu, infrastruktur digital yang belum merata,
khususnya di wilayah pedesaan, menjadi kendala serius. Keterbatasan jaringan
internet, perangkat keras, dan sumber daya finansial membuat integrasi
teknologi berjalan lambat. Maka, pendidikan Islam perlu melibatkan semua
pemangku kepentingan untuk memastikan pemerataan akses teknologi secara
inklusif dan berkeadilan.
4.
Strategi
Integrasi Teknologi dalam Pendidikan Islam (5 paragraf)
Untuk menghadapi berbagai tantangan dan mengoptimalkan peran
teknologi, diperlukan strategi integratif yang komprehensif. Strategi pertama
adalah pembaruan kurikulum pendidikan Islam yang mengakomodasi literasi
digital. Kurikulum ini harus dirancang sedemikian rupa agar mampu
mengintegrasikan materi keislaman dengan kemampuan abad ke-21, seperti
pemikiran kritis, kolaborasi digital, dan etika bermedia.
Strategi kedua adalah pelatihan intensif bagi tenaga
pendidik dalam menguasai teknologi pembelajaran. Pelatihan ini tidak hanya
mencakup keterampilan teknis, tetapi juga desain pembelajaran digital yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam. Lembaga pendidikan Islam perlu bekerja sama
dengan instansi profesional atau universitas untuk menyediakan program
pelatihan bersertifikat secara berkelanjutan.
Strategi ketiga adalah pengembangan media pembelajaran
digital berbasis Islam. Ini mencakup aplikasi pembelajaran Al-Qur’an, simulasi
fikih, permainan edukatif Islami, hingga platform interaktif kajian keagamaan.
Media semacam ini harus didesain dengan pendekatan pedagogis yang kuat serta
melibatkan ulama dan pakar teknologi secara kolaboratif.
Strategi keempat adalah penguatan regulasi dan kebijakan
pendidikan Islam yang mendukung digitalisasi. Pemerintah dan lembaga pendidikan
perlu mengembangkan pedoman penggunaan teknologi yang Islami, termasuk dalam
hal keamanan data, privasi siswa, dan seleksi konten. Kebijakan ini penting
agar teknologi tidak menjadi ruang yang bebas nilai.
Strategi kelima adalah membangun budaya digital Islami dalam
komunitas pendidikan. Ini bisa dilakukan melalui gerakan literasi digital
Islami, program mentoring online, serta pengembangan ekosistem belajar yang
berbasis nilai-nilai ukhuwah, tanggung jawab, dan kejujuran. Dengan membangun
budaya ini, teknologi dapat benar-benar menjadi alat dakwah dan tarbiyah yang
efektif.
Kesimpulan
Integrasi teknologi dalam pendidikan
Islam merupakan keniscayaan dalam menghadapi tantangan zaman. Namun,
keberhasilan transformasi ini sangat ditentukan oleh sejauh mana teknologi
tersebut mampu memperkuat nilai-nilai Islam dalam proses pendidikan. Pendidikan
Islam harus memanfaatkan teknologi secara kreatif dan kritis, dengan tetap
menjadikan nilai-nilai spiritual dan moral sebagai fondasi utama.
Diperlukan pendekatan yang holistik
dan berkelanjutan dalam mengembangkan ekosistem pendidikan Islam berbasis
teknologi, termasuk dalam kurikulum, pedagogi, infrastruktur, dan pelatihan
SDM. Ke depan, pendidikan Islam harus mampu memimpin dalam inovasi teknologi
yang berakar pada nilai-nilai wahyu.
Daftar
Pustaka
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1991. The Concept of
Education in Islam. Kuala Lumpur: ISTAC.
Anderson, Terry. 2008. The Theory and Practice of Online
Learning. Edmonton: Athabasca University Press.
Hashim, Rosnani. 2014. “Integrating Islamic Ethics in
Technology Use in Education.” Kuala Lumpur Islamic Review 3(1): 21–35.
Hefzallah, Ibrahim M. 2004. The New Educational
Technologies and Learning: Empowering Teachers to Teach and Students to Learn
in the Information Age. Springfield, IL: Charles C. Thomas Publisher.
Rahman, A. F. 2019. “Digital Transformation in Islamic
Education: Opportunities and Challenges.” Journal of Islamic Education
Studies 4(2): 112–128. https://doi.org/10.21009/jies.042.07
Sagir, Alfian, et al. 2021. “The Use of Technology in
Islamic Education during the Covid-19 Pandemic.” Tarbiyah: Jurnal Ilmiah
Kependidikan 10(1): 45–60. https://doi.org/10.30829/tjik.v10i1.201
Yusuf, Mohamad. 2020. “Islamic Education in the Digital Age:
A Study of Muslim Educators’ Perceptions.” Al-Qalam Journal 27(1): 67–84
Tidak ada komentar:
Posting Komentar